Bismillah.
Salah satu doa yang sering dibaca oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ‘Rabbana aatina fid dun-ya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qinaa ‘adzaban naar…’ dalam sebagian riwayat disebutkan ‘Allahumma aatinaa fid dun-ya hasanah dst.’ sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu’anhu yang tercantum di dalam Sahih Muslim.
Doa ini berisi permintaan kepada Allah agar memberikan kepada kita kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dalam Sahihnya di kitab ad-Da’awaat. Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah menjelaskan bahwa kebaikan di dunia itu mencakup ilmu yang bermanfaat, amal salih, iman, tauhid, kesehatan dan keselamatan/afiyat, rezeki yang halal, dan istri yang salihah (lihat Minhatul Malik, 11/289)
Sebagian ulama yang lain menafsirkan bahwa kebaikan dunia itu secara ringkas terangkum dalam dua hal; yaitu ilmu dan ibadah. Sedangkan kebaikan di akhirat adalah surga. Hadits tersebut juga memberikan faidah bahwa semestinya seorang muslim memiliki cita-cita yang tinggi; yaitu meraih kebaikan di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu hendaknya seorang muslim memperbanyak doa ini diantara doa-doa yang ia panjatkan setiap harinya kepada Allah.
Doa ini mengingatkan kita akan sebuah doa yang dipanjatkan oleh Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah di bagian awal risalahnya Qawa’id Arba’, “Semoga Allah menjadi penolongmu di dunia dan di akhirat…” Betapa indah doa yang beliau panjatkan ini demi kebaikan orang-orang yang membaca risalahnya dan mendengar pembacaan kitab itu…
Apabila Allah telah menjadi penolong seorang hamba di dunia dan di akhirat maka Allah akan membimbingnya keluar dari berbagai kegelapan menuju cahaya; dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid, dari kegelapan kekafiran menuju cahaya iman, dari gelapnya bid’ah menuju terangnya sunnah, dan dari gelapnya maksiat menuju cahaya ketaatan…
Di dalam doa nabi tersebut juga terkandung faidah peringatan akan bahaya neraka dan sebab-sebab yang menjerumuskan manusia ke dalamnya, serta motivasi untuk menempuh jalan-jalan yang akan mengantarkan manusia untuk bahagia di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu setiap pagi ba’da subuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berdoa meminta ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima; karena inilah sebab-sebab kebahagiaan hamba.
Karena itulah tidak heran mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada jasad atau rupa kalian; akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim). Hal ini seolah menjadi bantahan bagi sebagian orang yang menilai bahwa kebahagiaan sejati itu diukur dengan keelokan rupa dan kebugaran tubuh. Sebab pada hakikatnya kebahagiaan hakiki adalah yang berangkat dan mengalir dari dalam hati.
Oleh sebab itu para ulama merumuskan tiga pilar bahagia; yaitu mensyukuri nikmat, bersabar menghadapi musibah, dan bertaubat dari dosa-dosa. Ringkasnya, kebahagiaan itu hanya bisa diraih dengan ketaatan beribadah kepada Allah. Ibadah yang tegak di atas keikhlasan. Ibadah yang berlandaskan kecintaan dan pengagungan. Ibadah yang menumbuhkan rasa takut dan harap di dalam hati pelakunya. Ibadah yang dikerjakan murni demi mencari wajah Allah, bukan karena ingin mendapatkan ucapan terima kasih atau imbalan atas kebaikannya.
Maka, sebenarnya Allah menghendaki kita untuk bahagia dengan memerintahkan kita beribadah kepada-Nya dan meninggalkan syirik. Allah turunkan Kitab-Nya untuk membimbing manusia agar meniti jalan menuju bahagia. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengkuti petunjuk-Ku niscaya tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123)
Kepada Allah semata kita mohon taufik dan keteguhan hati di atas kebenaran.
—